A Fans's Story


Aku tak tahu sejak kapan namanya mulai terukir indah dalam hatiku. Aku tak tahu pasti sejak kapan aku mulai diam-diam memperhatikannya. Jika kau bertanya siapa dia, maka dengan senang hati aku akan menjawabnya. Dia adalah temanku. Teman sekelas lebih tepatnya. Namun jangan salah, meskipun kami teman sekelas, kami nyaris tak pernah bertegur sapa. Sifat kami mungkin terlalu berbeda. Dia anak lelaki dengan segala kepopulerannya tentu dikenal semua orang di sekolah. Ia adalah ketua klub tari, yang juga menjadi aktor musikal di salah satu gedung pertunjukan di kota. Ia juga penggemar fotografi, yang kutahu foto-foto hasil jepretannya berulang kali menjuarai pameran, dan satu lagi ia adalah murid kesayangan para guru karena nilai-nilainya yang gemilang.
Dia adalah sosok yang tak terjangkau olehku. Ia nyaris sempurna dengan perpaduan otak, kemampuan verbal, spiritual, dan background keluarga yang luar biasa. Temannya dimana-mana. Jaringan pertemanannya luas, tak sepertiku si pendiam yang soliter yang bahkan terlalu takut untuk membuka diri. Kedua orang tuanya adalah dosen agama di universitas terbaik di negara kami, tak sepertiku yang setiap hari harus menumpuk dendam baru pada ayahku yang tukang mabuk itu.
Aku tahu aku dan dia bak langit dan bumi. Seperti the prince and the pauper. Aku seperti itik yang selalu menguntit kemanapun ia pergi setelah pulang sekolah. Ya, mengikutinya merupakan kebahagiaan tersendiri buatku. Terserah kalian akan mengataiku terobsesi atau apa, tapi dengan mengikutinya aku merasa lebih dekat dengannya, dan segala kesedihan, kebencianku terhadap keluargaku meluap tiap kali aku melihat senyuman manis terukir di bibirnya, tawa kerasnya, dan wajahnya yang penuh keringat saat ia selesai berlatih tari di gedung pertunjukan.
Aku adalah penggemar beratnya. Dengan bangga aku mendeklarasikan diri sebagai fans nomor satunya. Tiap ada kesempatan dengan senang hati aku akan mengikutinya. Aku akan menjadi pembangkit semangatnya ketika ia lelah. Dan aku akan menjadi orang yang akan terus di sisinya ketika tak ada lagi orang yang membelanya. Karena itulah tanda terima kasihku padanya yang telah mengizinkanku menyukainya.




pic: http://media-cache-ak0.pinimg.com/236x/73/1e/14/731e143006f06fa39eb62f8535a44fbe.jpg
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Jejak Si Kinep
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates